Kamis, 28 Agustus 2008

Gila Kekuasaan, Malupun Hilang

Bagi sejumlah orang untuk mendapatkan jabatan, apapun akan dibuat. Tak peduli apapun cara yang dilakukan. Mulai dari cari muka, purak-purak baik, menyogok dan lainnya. Yang penting, tujuan tercapai jabatan didapat.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, hal diatas dilakukan oleh calon gubri dan wagubri menjelang masa kampanye. Mereka, Rusli Zainal-Mambang Mit, R Tamsir Rahman-Topan Andoso Yakin, dan Chaidir-Suryadi Khusaini seakan lupa bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal-hal yang tidak tepat dilakukan seorang pemimpin.
Mulai dari mengubar janji, senyum di pelosok-pelosok, membagi-bagikan baju, membuat berbagai acara, hingga menabur uang dalam jumlah besar. Tujuannya, tampil mengubar senyum dan janji serta jual kecap mereka yang baik, layak jadi pemimpin, dan ujung-ujungnya minta restu untuk menjadi Gubernur ke depan. Bahasa mantiknya, pilihlah aku.... he.....
Disinilah punca balanya. Menurut ajaran agama, janganlah memberikan jabatan kepada orang yang memintanya. Karena pasti ada niat dan tujuan yang tidak baik tersembunyi di balik keinginannya.
Lantas, bagaimana dengan calon Gubri? Ha... ha... Jawabnya kita semua tahu. Kalau uang sudah habis bermiliar-miliar (walaupun mengaku uang sikit) mulut sudah penat tersenyum, kaki sudah letih berkeliling desa, mata sudah merah mengantuk, apakah setelah terpilih akan bekerja dengan jujur dan tidak korupsi? Ha.... ha.... Anak SD saja bisa menjawabnya...
Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat? Jawabnya, tanya saja pada rumput yang bergoyang? Salah. Tanya pada hati nurani. Karena dia tak pernah berbohong, dan tahu mana yang baik dan yang buruk. Termasuk hati nurani Cagubri dan Cawaguri.
He......he...


Kamis, 17 Juli 2008

Potong Tangan Solusi Atasi Korupsi

        Yang abadi adalah Allah. Yang memiliki kebijaksanaa dan ilmu juga Allah. Manusia hanya memiliki sedikit, sedikit sekali (tak sampai setetes air di laut) ilmu dan kebijaksanaan.
Ini menandakan bahwa apapun undang-undang dan perintah serta larangan yang dibuat Allah melalui Rasulullah adalah (hukum islam) sebuah mutiara kebenaran yang tidak ada cela sedikitpun. Allahuakbar. Allahuakbar.
Namun, di mata manusia yang memiliki nafsu dan akal seakan tidak pernah mau menerima dan menggunakan hukum islam yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW.Tak tahan lagi, dengan alasan HAM dan hantu belau, hukum islam dianggap kejam dan tak layak dipakai, termasuk di Indonesia.
     Hukum potong tangan contohnya. Dalam agama Islam jelas sekali disebutkan bahwa siapa saja yang mencuri dengan nilai senisab, maka dipotonglah tangannya sebelah. Selanjutnya jika mengulangi lagi potong pula sebelahnya. Maka tak heranlah, manusia akan takut untuk mencuri. Karena, jika mereka melakukan, akan jelaslah tanda di tubuhnya, siapa yang melihat akan tahulah bahwa si A pernah mencuri. (Malu sekali.....)
       Di Indonesia contohnya, hingga saat ini yang namanya mencuri merajalela, termasuk mencuri dengan cara profesional yang disebut korupsi. Setiap hari ada saja terjadi pencurian. Intinya, pelaku tak takut. Paling-paling masuk penjara, dan bagi yang korupsi banyak, bisa tidur pakai kasur empuk di lembaga pemasyarakatan. Dahsyatnya lagi, jika punya kekuatan, malam hari bisa keluar dan tidur di rumah atau hotel. Ini bukan rahasia umum lagi.
     Di Indonesia, hukum sangat lemah. Selama ini, termasuk hari ini dan sampai tak berlakunya hukum potong tangan, maka pencurian dan korupsi pasti terus terjadi. aksi sogok menyogok, alias suap menyuap juga terus berulang. Bayangkansaja, korupsi miliaran, dituntut sekian tahun, dan ketika keluar duit masih banyak. Di penjara bisa jadi ''bos''.
       Alhamdulillah, saat ini di Indonesia sudah punya lembaga yang namanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sejak lembaga ini berdiri, banyak pejabat yang selama ini dikenal kebal hukum, masuk penjara. Hanya saja, yang namanya hukum manusia juga punya kelemahan, KPK tak bisa memonitor semua perilaku pejabat di tanah air tercinta. Paling-paling yang kasusnya besar, alias jumlah korupsi miliaran rupiah.
    Uniknya, KPK sebagai lembaga yang memberantas korupsi berdiri tegak perkasa memeroses kasus korupsi, tanpa ada lembaga yang menyadap, dan memonitornya. Ya, kokon katanya, sesama anggot KPK lah yang mengawasi. Inilah masalahnya. Anggota KPK, juga manusia. Tak tertutup kemungkinan akan ada yang namanya ''permainan'' di lembaga tersebut. Mudah-mudahan, kawan-kawan, bapak-bapak, ibu-ibu di KPK bisa menjadi lembaga pemberantas korupsi sekaligus pemberi contoh yang baik.
    Namun, jika masyarakat Indonesia yang saat ini hidup dalam morat marit, ingin betul-betul bebas dari korupsi, maka hukum potong tanganlah yang paling pas. Siapkah presiden? Siapkah Wakil Presiden, Siapkan mentri-mentri? Siapkah DPR-RI dan MPR-RI? Jika siap maka dapat disimpulkan bahwa semua lembaga negara ingin Indonesia bebas korupsi. Jika jawabannya, tidak siap, maka keinginan untuk menghapus korupsi hanya setangah hati.

Selasa, 03 Juni 2008

Islam Jangan Mau Diadu

       Kerisauan Rasulullah SAW terhadap umat Islam di akhir zaman
satu persatu mulai muncul. Salah satu diantarannya jumlah 
yang banyak namun tidak disertai dengan kekompakan.
      Masing-masing beranggapan dan memaksakan kehendak bahwa
merekalah yang benar, sedangkan yang lain salah. Padahal, ajaran Islam
tidaklah demikian adanya. Nauzubillahi Min Zalik.
     Yang paling menyakitkan, mereka yang bertikai merupakan tokoh-tokoh dalam kelompok masing-masing yang dianggap sebagai orang yang paham agama bahkan dianggap lebih. Buktinya, pengikut (umat islam)
dalam kelompok tadi sangat patuh mengikuti semua perintah. Tak terkecuali, berkelahi.
     Tak jauh contohnya. Saat ini di Indonesia salah satu ormas Islam (FPI)
diserang habis-habisan oleh ormas lain. Bahkan, dengan menganggarkan
kekuatan yang lebih besar mereka siap membubarkan ormas yang sering
melakukan presure terhadap judi, prostitusi, dan terakhir menuntut
Ahmadiyah dibubarkan.
      Tuan-tuan, Habib Rizieq, Habib Saggaf, Gusdur, saya yakin tuan-tuan lebih pintar ilmu agamanya ketimbang saya. Tolong dong bersatu. 
Jika ada perselisihan tolong selesaikan dengan cara musyawarah, 
seperti yang dianjurkan Rasulullah. 
       Sebagai sesama muslim kita bersaudara. Kenapa mesti bertikai?
Kenapa saling tuduh? Jika memang ada saudara kita silaf,
maka diingatkan dengan baik dan beri kemaafan pada mereka.
Setidaknya, dengan memberi peringatan setidaknya mereka sadar dan ingat.
Mari bersatu, Hidup Islam, agama yang diredhoi Allah.
      Saya tersentuh membaca pernyataan Pak Hasyim Muzadi.
Dia berharap tidak ada pihak yang jadi provokator pertentangan
antara ormas islam. Setidaknya, ini mengingatkan agar kita semua sadar. Tetap pada konsep Islam, yang mengajarkan perdamaian.
     Maaf kalau saya dianggap lancang mengingatkan tuan-tuan .
 Ini suara hati saya sebagai sesama umat islam. 
Islam yes, mari bersatu padu, jangan terpecah-belah.     


KEMAL ALI MUHAMMAD, keren kan namanya. Mirip nama orang Arab ya. Tengok aja tu, pake topi kaya pak ustad aja. he... Ini anak pertama gue.

ANNISA KEMALA. Cantik, manis dan ceriwis. Biar begitu, kata orang bijak, itu pertanda pintar. He... he...

Fathir Raihan Akmal. Dia anak bungsu. Selain manja, dia juga agresif dan cerdas

Senin, 02 Juni 2008

Mimpi, PSB Bebas KKN

Ntah kapan PSB akan bersih, sehingga hak-hak anak-anak cerdas dari ekonomi lemah bisa terselamatkan.

Penerimaan siswa baru alias PSB di Kota Pekanbaru tak lama lagi dilakukan. Seperti biasa sebelum pelaksanaan PSB, pejabat daerah, mulai dari wali kota, anggota DPRD dan pihak lain angkat bicara.
Berbagai komentar terkait kebobrokan PSB masa lalu diungkap. Kemudian ditambah lagi dengan jurus baru serta larangan-larangan yang juga pernah diusung tahun lalu kembali diulang. Bak kata pepatah, hapal kaji karena diulang dan hapal jalan karena ditempuh.
Pelarangan pungutan dalam PSB contohnya. Karena tahun lalu banyak sekolah memungut biaya PSB, tahun ini diwanti-wanti tak boleh terjadi lagi. Bahkan lengkap dengan konsekwensi bagi kepala sekolah.
Begitupula halnya dengan pelaksanaan PSB yang bersih. Tidak ada istilah menolong dalam PSB. Terlepas anak siapa dan apa jabatan anaknya. Pokoknya PSB bersih dan jauh dari KKN.
Mungkinkah? Jawabannya mungkin jika wali kota, kadisdikpora, kepala kejaksaan, kapolres, anggota DPRD, ketua parpol, kepala sekolah, guru, wartawan, dan pegawai disdikpora dan Diknas Riau siap jika anaknya ditolak di sekolah negeri karena kalah saing dan terpaksa sekolah di swasta.
Tapi, jika komponen diatas belum siap, maka jangan harap PSB akan berlangsung bersih dan bebas KKN. Selain karena malu karena anak sekolah di swasta, bisa masuk ke sekolah negeri favorite juga menjadi salah satu kebanggaan bagi kalangan tadi. Malu kali, kalau orang tahu anaknya bodoh.
Lantas untuk apa mereka berkomentar di Koran? Itulah politik. Popularitas. Biar masyarakat menilai mereka bersih. Akhirnya berbohong di media massapun dilakukan. Kembali ke PSB, yang bias menyogok keala sekolah dan ketua PSB pastilah orang punya uang lebih. Sedangkan masyarakat biasa, jangankan untuk nyogok, untuk makan dan keperluan pendidikan saja sudah payah.
Kemudian, siapa yang bias membuat kepala sekolah dan panitia PSB takut? Ya, kelompok tadi. Kalau wartawan tak dibantu, takut diberitakan kesalahan-kesalahannya. Kalau memo atau perintah melalui telepon (trend sekarang biar tak ada bukti) wali kota dan wakil walikota serta kadisdikpora tak ditunaikan, maka alamat pendeklah masa jabatan.
Jika anggota DPRD dan orang-orang Parpol tak ditolong, alamat kepala sekolah dihearing dan disorot. Kalau kapolres dan Kejaksaan tak dibantu takut kasus-kasus yang ada disidik, dan lain-lain.
Kenapa takut? Pertama kepala sekolah dan kadisdikpora saying dengan jabatan. Kemudian takut juga karena sudah banyak kesalahan yang dibuat. Alhasil, diakomodirlah anak-anak atau titipan dari kelompok tadi. Kemudian bak menyelam sambil minum air, kepala sekolah atau ketua PSB menerima suap dari kalangan lain. Tanggung-tanggung basah, he…… he………. Yang penting semua terakomodir, jabatan langgeng dan uangpun dapat. Kayelah……..
Selagi kondisi diatas tak berubah, jangan harap PSB bersih. Ya, harapan yang lebih tepat disebut mimpi.

Kamis, 29 Mei 2008

Swasembada atau Kebulou?

Riau harus segera melaksanakan swasembada pangan, demikian bunyi berita di salah satu media massa lokal di Pekanbaru. Pernyataan ini diungkapkan salah seorang pejabat Riau.
Saya sempat tertegun membaca kalimat tersebut. Maklumlah, setahu saya sampai saat ini Riau masih sangat tergantung pangan dari provinsi tetangga (terutama Sumatera Barat), bahkan termasuk dari luar negeri (beras Thailand).
Seharusnya hal ini sudah jauh-jauh hari dipikirkan pejabat Riau. Sebagai daerah yang memiliki cukup luas lahan idealnya sudah lama mencapai swasembada pangan. Hanya saja, kebijakan ke arah tersebut tak pernah ada, apalagi jika yang ditanya realisasinya di lapangan, sangat jauh.
Alhasil, jangankan swasembada pangan, untuk membeli beras saja masih diatur kondisi alam. Sebut saja jika jalan Sumbar-Riau putus, alamatlah harga beras naik. Ini, baru satu jenis beras saja, belum lagi yang lain.
Kondisi ini harus cepat dicermati pemerintah. Tak hanya sebatas kebijakan, tetapi aktualisasi di lapangan. Apalagi kecenderungan masyarakat Riau, termasuk pejabatnya berlomba-lomba menanam sawit. Mulai dari lahan yang sebelumnya dijadikan kebun karet, sampai hutan-hutan yang adapun dibabat dan disulap jadi kebun sawit.
Belum lagi pertumbuhan penduduk yang menyebabkan sawah yang terdapat di sejumlah tempat seperti di Kabupaten Kampar berganti dengan rumah.
Pengalihan hutan menjadi kawasan hutan tanaman industri untuk perusahaan pulp and paper juga menjadi permasalahan. Sebut saja di kawasan Tebingtinggi. Menhut MS Kaaban berdasarkan rekomendasi pejabat di Riau mengeluarkan HPHTI untuk anak perusahaan Indah Kiat, seluas 10 ribu lebih hektare. Naifnya, areal tersebut juga masuk ke kebun sagu masyarakat.
Jika ini tak diselesaikan dengan bijaksana dan tegas, alamat masyarakat di sepuluh desa di kawasan HPHTI tersebut tak makan. Maklumlah, sagu yang selama ini menjadi makanan pokok akan berkurang dan akan bergantilah dengan akasia. Otomatis petani akan kehilangan sagu dan beralih profesi dan terpaksa membeli beras. Swasembada pangan? Ntahlah. Kebulou ye(kelaparan iya)
Itu baru segelintir permasalahan di Riau, Keberadaan perusahaan pulp and paper membuat pemerintah ''terpaksa'' mengeluarkan izin menyulap hutan menjadi kebun akasia. Jika tidak dikhawatirkan dua pabrik tersebut kehabisan bahan baku.
Agar menuju swasembada pangan ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, pemerintah provinsi Riau dan Kabupaten/kota membuat komitmen untuk membantu petani dalam menggarap sawah dan ladang. Salah satu caranya, dengan memberikan subsidi pupuk, dan
siap memberikan jalan pemasarannya, dan persaingan harga.
Kedua, membuat peraturan pengambangan (pelarangan) terhadap
pembabatan hutan yang bertujuan untuk HPHTI dan perkebunan sawit. Ketiga, Kebijakan tak hanya di atas kertas, tetapi benar-benar diaktualisasikan oleh pemerintah.
Mudah-mudahan ini bisa dilaksanakan, sehingga ekonomi masyarakat Riau bisa bangkit. Karena 75 persen penduduk Riau berdomisili di desa, dan hidup sebagai petani. Jika hal ini tak segera dilaksanakan, dan kebun sawit terus menjadi tren, HPHTI juga terus didewakan di Riau, maka alamat akan kebuloulah masyarakat Riau jika pasokan pangan dari luar macet.

Rabu, 28 Mei 2008

Kungker DPRD di Tengah Krisis


      Bumi Lancang Kuning dihebohkan oleh sejumlah anggota DPRD Riau. Tak hanya media massa, di kedai kopi, pasar, kantor-kantor sibuk membahas para wakil rakyat di DPRD Riau yang berangkat ke luar negeri.
       Hal serupa bukanlah sesuatu yang baru. Hampir tiap tahun anggota DPRD membuat program, baik melalui sekretariat DPRD, maupun titipan di dinas-dinas melancong ke luar negeri. Hanya
bentuk kegiatannya yang berbeda. Ada yang namanya studi banding, memenuhi undangan dan banyak lagi namanya. Intinya, jalan-jalanlah.
      Hanya saja kali ini momennya kurang tepat. Sejumlah aggota DPRD berangkat ke luar negeri (Mesir dan Polandia) ketika masyarakat dalam keadaan susah karena kenaikan harga BBM.
Tak hanya itu, berdasarkan investigasi sebuah media massa lokal, terdapat kerancuan dalam keberangkatan anggota DPRD ke Mesir. Pertama, Mahasiswa mengaku tidak mengudang anggota DPRD. Sehingga pertemuan hanya diikuti sebagian kecil mahasiswa Riau di Mesir.Kedua, Hanya tiga anggota DPRD yang ikut pertemuan, dua lagi tidak.
    Dari peristiwa diatas jelas sekali keberangkatan tersebut terkesan akal-akalan oknum anggota DPRD Riau yang berangkat saja.Alasan memenuhi undangan juga terkesan aneh karena mahasiswa  tidak tahu. Jika benar ada undangan bisa saja sengaja dipesan alias sengaja diminta supaya mendapat izin Mendagri supaya bisa ke luar negeri.
Belum lagi selesai masalah ini, sejumlah anggota DPRD Riau kembali berangkat ke luar negeri, kali ini lebih jauh, Polandia.
         Alasan keberangkatan juga kurang enak didengar dengan kondisi ekonomi rakyat saat ini. Memenuhi undangan perayaan kesenian.
Luar biasa. Anggota DPRD yang dipilih oleh rakyat saat pemilu dengan seenaknya menghamburkan miliaran rupiah uang APBD hanya untuk memenuhi undangan kesenian, yang belum jelas kontribusinya bagi bumi Lancang Kuning.
Terlepas anggota DPRD ini memang diundang atau minta diundang, hal ini merupakan preseden buruk dan menjadi perhatian publik di Riau.
      Idealnya mereka yang selalu berkomentar di media massa mengkritisi pemerintah, harus bersikap lebih baik dan memberi contoh. Jika mereka dilembaga yang seharusnya mengawasi pemerintah sudah berbuat seperti itu, bagaimana mereka mengawasi pemerintah?
Tapi semuanya sudah terlanjur. Trafel sudah dibayar, pesawat sudah berangkat. Kini mereka sudah menikmati bagaimana udara di Mesir dan Polandia.
     Berangkat ke luar negeri bukanlah sesuatu yang haram bagi anggota DPRD. Tapi situasi masyarakat, tujuan dan manfaat keberangkatan serta hasil yang didapat mesti dipertimbangkan. Ya, karena kepergian mereka menggunakan APBD, maka para wakil rakyat ini harus mempertanggungjawabkannya kepada publik, terutama yang memilih mereka saat pemilu.

Selasa, 27 Mei 2008

Hilang Rasa Malu

Dua hari lalu aku duduk di salah satu bengkel mobil di Pekanbaru. Sambil menunggu kendaraan yang diperbaiki kunikmati sebotol minuman dingin. Maklumlah, udara di Kota Pekanbaru cukup gerah.
Di meja yang sama, duduk dua pelanggan bengkel tersebut. Penampilan mereka santai, tapi dari cara bicara dan sikap menandakan kalau mereka adalah orang kaya, dan lebih tepat pejabat.
Karena tidak kenal, dan ingin mendegarkan pembicaraan keduanya aku berusaha tidak ramah dan terkesan acuh. Maklumlah, mereka asik bicara tentang seluk beluk kerja pemerintah yang maaf (jurus menipu dan berbohong) menghabiskan uang rakyat (APBD)yang mereka kerjakan. Nauzubillah hi minzalik.
Karena penampilanku seadanya, dan terkesan orang awam keduanya juga tidak merasa terganggu dan makin asik bercerita jurus-jurus memanfaatkan uang rakyat. Menariknya, sosok tinggi dan kelihatan lebih kaya dan tinggi pangkatnya terus mendiominasi bicara, dan sesekali ditimpal dengan pertanyaan rekannya.
''Istri saya sudah naik haji, kalau saya baru saja pulang umroh itupun dengan istri saya,'' katanya.
Dari pembicararaan tersebut dia menjelaskan bahwa istrinya naik haji melalui program tenaga medis yang ikut rombongan haji Indonesia. Kebetulan istrinya seorang tenaga medis. Hanya saja tak sedap telinga ini mendengarnya, istrinya bisa lolos karena dirinya merupakan petugas yang mengurus hal tersebut di Dinas Kesehatan.
''Waktu itu kan dibuka secara umum, boleh mendaftar di internet, atau di dinas kesehatan. Jadi sebelum orang mengurus saya langsung mengontak kawan di Jakarta supaya meloloskan istri saya, alhasil dapat,'' katanya tanpa malu kalau untuk ibadahpun harus pakai jalan tak benar.
Dari haji itu istrinya dapat honor Rp18 juta. ''Duit itu kami pakai untuk belanja saat umroh kemarin,'' katanya senyum sambil tertawa.
Waduh.... tak ada malu atau sudah hilang rasa malu? Haji apa namanya? he.... dunia makin tua bung... Untuk ibadahpun orang rela berbuat tak terpuji. Nauzubillahiminzalik.

Senin, 26 Mei 2008

SBY dan Kapal Tembuk
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihujat. Kenaikan BBM yang berlangsung beberapa hari lalu dianggap sebagai tindakan tidak populer yang diambil kabinet SBY. Aksi demo penolakan kenaikan BBM terjadi di tiap pelosok negeri.
Demonstran menganggap pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk masyarakat. Kenaikan BBM menyebabkan makin susahnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pasalnya, kenaikan BBM mendongkrak naiknya semua harga barang.
Lantas bagaimana dengan SBY? Jika ada alternative lain sebagai pengganti kenaikan harga BBM di Indonesia, pastilah sosok bijaksana ini takkan menaikkan harga BBM. Namun, setelah melalui rapat dan mendengar semua pendapat para mentri di kabinetnya, yang menyatakan kenaikan BBM adalah wajib maka SBY pun dengan berat hati menaikkannya.
Alasanpun tak tanggung. Kenaikan BBM menghindari negara dari kebangkrutan karena subsidi yang selama ini memberatkan Negara.
Jika kita boleh jujur, saat ini harga minyak termurah di Asia tenggara adalah di Indonesia. Pasalnya selama ini kekurangan harga tersebut disubsidi pemerintah. Namun, kenyataannya, dampak subsidi justru membuat kaya orang-orang kaya yang berani membeli dan menyeludupkan minyak ke luar negeri. Dengan demikian, maka sudah sepatutnyalah kenaikan harga BBM dinaikkan. Karena subsidi juga tidak menguntungkan masyarakat kecil.
Jika Indonesia diibaratkan dengan sebuah kapal, kondisinya sangat parah. Bocor (tembuk) terdapat di mana-mana. Jika tembuk dibiarkan, maka karamlah kapal. Sebaliknya, dengan menutup satu persatu lubang, membuat lelah dan sakit. Karena lubang yang mau ditutup sangat banyak dan tidak seimbang dengan kekuatan yang ada.
Hanya saja, selama ini mahasiswa dan masyarakat kecil tidak sadar, dan sibuk demo jika BBM naik. Padahal, mereka tidak diuntungkan dengan tidak naiknya BBM.Sebaliknya, Negara rugi, oknum penyeludup minyak yang makin kaya.
Jika boleh jujur, sudah saatnya harga BBM di Indonesia disamakan dengan harga minyak dunia. Tak ada istilahnya minyak bersubsidi. Yang ada yakni dibantunya masyarakat kecil dengan dana BLT. Dengan demikian, maka minyak tak lagi diseludupkan. Pemerintahpun tak lagi pusing-pusing memikirkan dana subsidi BBM.
Saran untuk SBY, karena kapal kita tembuk, maka jangan biarkan orang-orang menggunakan tembuknya untuk mencari keuntungan. Karena selama ini sulit menangkap mereka, (karena orang-orang kuat). Dengan menampal semuanya, maka mereka akan stress sendiri. Lebih baik memberi BLT kepada masyarakat susah dari pada mensubsidi minyak toh mengayakan oknum tak bertanggung jawab.
Jangan takut SBY. Jika niat dan pekerjaan yang dilakukan untuk kebaikan, pasti akan dibela masyarakat. Saat ini, yang penting adalah penyadaran kepada masyarakat perlunya menaikkan harga BBM. ***



Minggu, 25 Mei 2008

Pemerintah Zalim???

Kata-kata zalim memang kurang sedap didengar.Tapi, begitulah ungkapan masyarakat kecil ketika harga BBM naik. Kekecewaan masyarakat Indonesia, terutama ekonomi menengah ke bawah beralasan. Kenaikan harga BBM menyebabkan naiknya harga semua keperluan hidup.
Jika pengusaha kecewa karena biaya produksi meningkat. Sebaliknya masyarakat lebih menderita karena sulitnya memenuhi biaya makan, minum apalagi baiay pendidikan dan sebagainya.
Di tengah keresahan dan kekecewaan masyarakat ekonomi lemah, Sekretaris Daerah (Setda) Provinsi Riau Mambang Mit melontarkan pernyataan yang kontropersi di media massa. PNS di lingkungan Pemprov akan dinaikkan 20 persen. Luar biasa. Tak tau, apakah karena simpati dengan pegawainya, atau karena ada hubungan dengan pilgub nanti, atau… Maaf kata guru agama tak boleh berprasangka buruk.
Yang jelas, saat ini saja pendapatan PNS di lingkungan Pemprov Riau, untuk golongan 1 saja Rp3 juta lebih tiap bulan. Sedangkan Eselon III Rp 8 juta eselon II Rp15 juta. Mau ditambah lagi? Sungguh Mambang Mit atasan yang baik dan bijaksana, peduli dengan bawahan. He…he…
Uniknya, dengan gaji dan tunjangan yang didapat sebanyak itu, masih banyak PNS yang bolos di saat jam kerja. Sebut saja di kedai kopi Kim Teng, rata-rata isinya PNS, dan tentu saja terdapat PNS Pemprov. Belum lagi yang keluyuran di pusat-pusat perbelanjaan, dan lainnya.
Dahsyat lagi, untuk petugas proyek, Dinas-dinas termasuk Dinas Pendidikan Provinsi yang pegawainya membengkak, malah diangkat honorer proyek. Akibatnya, PNS yang sudah banyak menung tak kebagian kerja, makin bermenung ria karna ada honorer yang bekerja.
Kembali pada kenaikan BBM. Di tengah kesedihan, dan belum jelasnya penerimaan BLT, mereka mendapat kabar kalau PNS Pemprov bakal naik gaji (tunjangan). Sedih, kesal, mau protes tak ada daya. Padahal penambahan uang tunjangan tersebut uang rakyat alias dana APBD.***

Senin, 19 Mei 2008

Ketidakberdayaan Buruh


 

SEMUA orang pasti pernah mendengar kata buruh. Namun tidak semua orang mengerti dengan makna buruh. Di Indonesia, buruh identik dengan pekerja berat, pengangkat barang, kuli bangunan dan lainnya yang bekerja menggunakan tenaga.
    Padahal, menurut UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, buruh adalah mereka yang bekerja atau menerima upah/imbalan. Baik bekerja dalam bentuk tenaga maupun gagasan.
Di Indonesia, buruh selalu berada pada sisi lemah, mereka senantiasa dijadikan sapi perahan. Hak-hak yang seharusnya mereka   dapat selalu diabaikan. Mulai dari gaji yang tidak seimbang,malah banyak perusahaan yang menggaji buruh mereka di bawah Upah Minimum Regional (UMR).
     Belum lagi pemberlakukan asuransi kesehatan, dan ketenagakerjaan yang tak disertakan perusahaan, waktu kerja yang penjang dan segala macam bentuk ''penindasan'' yang harus diterima.
   Pemilik usaha seakan tak peduli dengan kesejahteraan buruh.Termasuk juga pemerintah, dengan berbagai alasan seperti kesinambungan dunia usaha turut mengamini keputusan tersebut.
    Alhasil, buruh sebagai pekerja harus siap menerima seluruh keputusan dan peraturan yang berlaku di tempatnya bekerja, kalau tidak ya pilih saja satu kata, berhenti. Akhirnya, karena takut diberhentikan alias PHK, sementara mencari kerja sulit, buruhpun menerimanya dengan terpaksa.
    Pemerintah sendiri dengan Dinas Tenaga Kerja malah tak berdaya, atau ''sengaja'' tak berdaya. Dengan alasan tenaga pegawai tak cukup, jangan harap akan mencari tahu bagaimana penderitaan buruh di perusahaan atau tempat bekerja. Jikapun ada menunggu laporan dari buruh atau tenaga kerja, barulah bergerak.Itupun belum tentu hasilnya akan membela buruh. Padahal, prosesnya cukup panjang, buruh yang melapor akan diinterogasi
alias diminta keterangan, kemudian kalaupun serius pihak perusa
haan dipanggil untuk diklarifikasi.
    Hasilnya? Buruh harus siap-siaplah kalah, dan jangan optimis akan menang. Salah-salah diberhentikan. 
Kondisi ini berlaku di Indonesia, Riau dan Pekanbaru khususnya. Tak sedikit buruh yang bekerja di dunia usaha di Pekanbaru diberlakukan tidak sesuai. Gaji di bawah Upah Minimum Kota (UMK) Pekanbaru, tidak didaftarkan di Jamsostek, dan banyak lagi. Sedangkan Disnaker sendiri tak kuasa. Dengan alasan pegawainya sedikit plus tak ada laporan semuanya berlalu seakan tak pernah ada.
    Begitulah nasib buruh. Sebagai pihak yang lemah selalu diberlakukan tak adil. Idealnya, pemerintah bersikap tegas.Gubernur, Walikota, dan Bupati hendaknya mengangkat sosok Kadisnaker yang berani membela hak-hak buruh sebagai pihak lemah untuk ditolong dengan tidak merugikan perusahaan. Bukan sebaliknya selalu beralasan kekurangan pegawai untuk turun ke lapangan. Padahal, gaji mereka sangat besar dengan berbagai tunjangan.
Begitupula dengan pihak perusahaan harus berfikir bahwa mengurangi hak buruh adalah perbuatan zalim yang dimurkai Tuhan.
     Sebab buruh juga manusia yang punya akal dan perasaan. Jika mereka dibayar sesuai atau sedikit lebih, pasti mereka akan bekerja dengan lebih baik. Semoga pemerintah, dan pengusaha terbuka mata dan hatinya untuk para buruh, sehingga tak lagi ada aksi demo oleh buruh di
negeri tercinta ini.


Rabu, 14 Mei 2008

Ikhlas

Kata ikhlas memang mudah diucap. Tapi sulit dilaksanakan. Tapi, jika bisa diaktualisasikan dalam hidup maka akan muncullah kebahagiaan dan ketenangan.
Sulitnya berlaku ikhlas apabila diawali oleh simpati pada seseorang, kemudian menolongnya. Setelah upaya menolong selesai, kemudian diketahui yang ditolong ternyata orang jahat, atau purak-purak susah. Kemudian mulailah setan mengganggu. Rasa kesal, sakit hati, dan mengutuk pun muncul. Inilah pertanda bahwa menolong dari awal kurang ikhlas.
Jadi, kita bisa menilai diri sendiri, apakah selama ini kita sudah ikhlas dalam berbuat atau tidak. He... jawab sendiri dong..

KPK Lirik Pilgub

Pemilihan Gubernur Riau bakal seru. Selain karena kekuatan masing-masing calon yang akan maju, kini Riau diintai KPK. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berhasil memenjarakan sejumlah pejabat di Indonesia (termasuk di Riau) angkat bicara. Lembaga ini akan memantau aktivitas Pilgub, hingga ada calon terpilih.
Ini baru luar biasa. Jika niat KPK ini betul dilaksanakan, maka akan banyaklah uang rakyat selamat. Sebab, menurut desas-desus ada sejumlah proyek muncul untuk kepentingan Pilgub nanti.
Selain itu, pengawasan dari KPK dalam Pilgub di Riau juga akan berpengaruh kepada masing-masing calon. Jika Pilgub sebelumnya nyaring terdengar isu salah satu calon mendapat sponsor seorang bos judi, kemungkinan kedepan tak ada lagi.
Bagaimanapun, pihak sponsor pasti akan menagih janji calon yang dibantunya (lebih tepat dipinjam) setelah menang. Mulai dari proyek, kemudahan dalam berbagai kebijakan, dan lainnya, termasuk mempermudah urusan bisnis.
Kita lihat saja nanti, apakah KPK serius dan mampu melaksanakan tugasnya? Mudah-mudahan Pilgub bebas dari money politik, sehingga terpilih Gubernur yang ideal, dan sesuai dengan aspirasi masyarakat, bukan karena politik uang. Amin.

Takot Oi

Pejabat Riau mulai ketakutan. Yang sedang di jalan pulang ke rumah. Yang di rumah menyuruk entah kemana. Hee.. maklumlah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) datang ke negeri minyak ini.
Lucunya ketika ada acara di Kabupaten Kampar, Bupatinya, dan bupati lain di Riau tak nampak batang hidungnya. Gubernur entah karena tak takut atau karen tak dapat akal hadir ditemani oleh perwakilan kabupaten lain.
Inilah faktanya. Kata tetangga, kenapa mesti takut kalau tak salah? Alasan sibuk, tak tepat. Karena mereka (pejabat Riau) suka jalan-jalan ke luar Riau, kenapa tak sibuk?
Kalau menuduh berdosa. Kalau syak juga berdosa. Tapi, kalau merujuk kepada pepatah orang-orang tua dahuli, Takut karena salah, berani karena benar, maka terjawablah sudah.
Tapi itu bagus sekali. Setidaknya mengingatkan pejabat Riau, supaya tak seenaknya menggunakan anggaran. Mentang-mentang selama ini banyak yang lolos dari jeratan hukum, tapi pengalaman menyatakan KPK tak boleh dianggap remeh. Azmun Jaafar masuk sel. Kini giliran siapa di Riau? Mudah-mudahan tak ada lagi. Jika ada sama saja mempermalukan Riau. Jangan sampai orang kenal Riau karena minyaknya banyak, berganti karena banyaknya pejabat yang masuk sel.
Dari kejadian ini mudah-mudahan, pejabat Riau tobat. Ingat uang APBD uang rakyat.

Jumat, 02 Mei 2008

Hardiknas Tanpa Gaji


Kemarin di seluruh pelosok tanah air melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional atau yang biasa dikenal Hardiknas. Mulai dari peserta didik di Taman Kanak-kanak, murid SD, SMA, Perguruan Tinggi, tak terkecuali di kantor pemerintah.
Di sekolah, para guru berbaris di depan peserta didik dengan gagahnya. Pakaian digosok serapi mungkin, dan wajah ceria. Begitupula halnya di kantor pemerintahan seperti di Dinas Pendidikan juga berlangsung upacara yang khidmat. Di sejumlah tempat, Hardiknas diisi dengan seminar-seminar pendidikan, yang membeberkan keberhasilan program pemerintah di bidang pendidikan dan berbagai lomba lainnya.
Namun, kegembiraan yang dijalani sebagian besar insan pendidik di Indonesia kemarin tidak dirasakan para Guru Bantu Daerah (GBD) di sejumlah kabupaten di Riau, termasuk di Kabupaten Siak Sri Indrapura.
Para GBD yang bertugas di daerah Kabupaten kaya di Riau ini melaksanakan Upacara Hardiknas dengan getir. Di balik pakaian yang digosok rapi, muka yang diupayakan terlihat tegar dan bahagia tersimpan keluh kesah dan lebih tepat disebut penderitaan.
Ya, mereka belum menerima gaji sejak bulan Januari lalu. Bayangkan, sudah Empat bulan mereka bertahan hidup dengan apa adanya untuk makan, termasuk berjual harta benda. Tak hanya itu banyak dari mereka berhutang ke sana kemari untuk mengisi perut. Kondisi yang sama juga terjadi tahun lalu. Selama Lima bulan para GBD di Siak Sri Indrapura mengajar baru menerima gaji.
Hal serupa juga dialami GBD lain, dan Guru bantu Provinsi. Hanya saja, rentang waktu mereka berhutang menunggu gaji keluar
berkisar Tiga sampai Empat bulan. Setelah gaji keluar, maka cukuplah untuk membayar hutang.
Semua ini terjadi karena mereka digaji dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing. Makin lama RAPBD diketuk palu maka makin lama pula mereka berhutang ke sana kemari untuk sekadar mengisi perut supaya tak lapar dan sakit saat mengajar. Sebuah gambaran perjuangan sosok guru yang sangat luar biasa dan patut diperhatikan dan diberi penghargaan dalam perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Ternyata kepedihan yang dialami para GBD di tahun sebelumnya akan terus berulang. Solusi untuk permasalahan ini juga tak kunjung ada. Pemerintah daerah hingga saat ini terkesan kurang peduli dengan penderitaan para insan pendidik yang notabene berstatus honor daerah.
Buktinya, menjelang gaji mereka keluar tak ada kebijakan memberikan pinjaman dan sebagainya. Dengan kata lain, jika GBD ingin makan dan tetap mengajar pandai-pandailah bertahan hidup. Mau meminjam ke sana kemari, menjual harta benda itu urusan pribadinya para GBD.
Alasannya tak lain tak bukan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Permendagri inilah yang jadi alasan pemerintah tidak bisa mencari alternatif untuk membayar gaji guru sebelum APBD diketuk palu.
Semoga semua kepala daerah memiliki kepedulian yang lebih mencari solusi supaya GBD tak lagi ''terkatung-katung'' empat sampai lima bulan karena gaji tak dibayar. Jika peduli dan ada kemauan pasti ada jalan lain.
Dengan demikian para GBD bisa mengajar denga muka ceria dan percaya diri tinggi saat berada di tengah guru-guru negeri yang sama-sama mengajar namun memiliki gaji lebih besar dan masa depan lebih cerah. Semoga Hardiknas tahun depan GBD tak lagi lesu menunggu gaji yang belum pasti kapan diterima.

Kamis, 17 April 2008

Negeri Aneh

     Negeri aneh biasanya terdapat di cerita dongeng.  Dikatakan negeri aneh karena hal-hal yang ditemukan di sana aneh semua. Contohnya, penduduk negeri tersebut bisa terbang, orangnya kecil-kecil (kurcaci), hewannya bisa bicara, dan lainnya.
    Negeri aneh yang dimaksud sekarang bukanlah yang demikian adanya. Negeri ini bernama Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Penduduknya sama dengan penduduk lain di Indonesia. Ada yang hitam, putih, variatiflah. Merekapun juga makan nasi dan tidak bisa terbang lho.
    Lantas apanya yang aneh? Kinerja para aparat pemerintahnya lah. Contoh saja, aksi kebut-kebutan di sepanjang Jalan Soebrantas, Panam, Pekanbaru (depan kantor gue). Tiap Sabtu malam, di jalan protokol dan jalur padat ini, anak-anak muda balap-balapan. Dengan bunyi knalpot yang nyaring mereka meluncur dengan kecepatan tinggi menyalip kendaraan lain yang sedang jalan.
    Jumlah merekapun tak sedikit, puluhan orang. Mereka seakan tak peduli akan mengalami kecelakaan baik ditabrak maupun menabrak pengguna jalan lain, atau sesama mereka. Yang jelas, mereka bak orang ''gila'' show di depan masyarakat yang menonton di sepanjang jalan.
    Aksi ini sudah beberapa kali dirazia polisi, tepatnya aparat dari Polsek Tampan, dan Poltabes Pekanbaru. Namun, tak kunjung hilang. Muncul dan muncul lagi. Kabarnya aksi ini diback up oknum aparat keamanan. 
     Tak jelas apa konpensasi yang didapat oknum tersebut, yang jelas begitulah adanya. 
Lantas dimana pemerintah dalam hal ini TNI, Polisi, POM, dan lainnya? Mudah-mudahan mereka yang digaji oleh dan dengan uang rakyat bisa berkaca dan menjalankan tugasnya dengan baik. Tak hanya sekadar razia di jalan, tilang dan nego. Tapi bisa menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan dalam hal ini masyarakat.
   Aneh bukan? he.........he........... begitulah keadaannya.

Selasa, 08 April 2008

MTQ, Jadi Ajang Kampanye

     Provinsi Riau kembali menaja Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Provinsi. Kali ini dilaksanakan di Kabupaten Siak. Acara pembukaan yang begitu meriah ditambah lokasinya berdekatan dengan Jembatan Siak yang luar biasa design dan panjangnya membuat suasana makin wah. Pujian dan harapan para Qori lebih berkualitas pun muncul.    Belasan ribu warga yang hadir makin menambah hot suasana pembukaan MTQ.
     Salah seorang calon Gubernur yang sudah pasti maju di Pilgubri 2008, tak tinggal diam. Bak kata pepatah, menyelam sambil minum air, ditambahnya 
dengan kata-kata baru, plus kampanye. He.....he.... mumpung ramai tak perlu lagi susah-susah buat acara dan menggerakkan orang ngumpulkan massa. Betul juga ya...
    Warga yang hadir mendapat souvenir, bertuliskan dan bergambar sang calon Gubernur yang nota bene saat ini sedang menjabat Gubernur Riau. Warga yang hadir bak durian runtuh, berebut souvenir tersebut, itung-itung gratis lah.
    Inilah yang terjadi di Riau saat ini. Masing-masing calon yang memastikan maju mulai sosialisasi alias kampanye berbentuk bagi-bagi souvenir ke masyarakat. Seakan mereka takut masyarakat tak kenal lantas tak memilih mereka di Pilgub nanti. Sehingga, jadwal kampanye yang dijadwalkan dianggap tak maksimal, dan mesti dimulai dari jauh-jauh hari.
    Takut. Kata takut ini menggambarkan bahwa tidak yakinnya seseorang terhadap apa yang akan dibuatnya. Tapi, begitulah kondisinya. Politisi, politisi. Ntah apa lagi yang akan dijadikan ajang kampanye. Banjir ajang kampanye, MTQ juga. Kita tunggu saja apa lagi ajang yang akan dimainkan....

Selasa, 01 April 2008

HPHTI dan Kemiskinan di Tebingtinggi

Arogansi kekuasaan kembali terlihat, di era reformasi. Masyarakat kecil terus menjadi korban. Kenyataan itu nampak pada kebijakan pemerintah yakni Mentri Kehutanan RI MS Kaaban yang mengeluarkan Izin Penguasaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) di wilayah Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
     Kebijakan ''Sang Raja Hutan'' ini tertuang dalam SK Menhut RI N021/Menhut-II/2007,  di mana dijelaskan bahwa 10.390 hektare lahan di Tebingtinggi, yang terdapat di 7 desa, yakni; Nipah Sedanu, Sungai Tohor, Lukun, Tanjung Gadai, Kepau Baru, dan Teluk Buntal yang  diberikan wewenang kepada PT Lestari  Unggul Makmur untuk mengelolanya.
   Alhasil, petani yang terdapat di wilayah tersebut gerah. Lahan yang sudah mereka kelola selama pupuhan tahun lalu (80 tahun)  yang ditanami Sagu, kelapa, bakal jadi kenangan. Nasib mereka yang selama ini bergantung dengan kebun bakal tersandung.
   Jangankan  menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi (PT)  makan pun terancam. Nauzubillah min zalik. Moga Allah menolong mereka rakyat kecil yang selalu menjadi korban
kekuasaan dan kerakusan.
   Menhut, dimana hati nuranimu? Tak adakan rasa kasihan dengan masyarakat Tebingtinggi? Bupati Bengkalis kenapa Anda biarkan kondisi ini terjadi? Gubri, mengapa Anda tak membela masyarakat? Bukankah salah satu kebijakan Anda mengentaskan kemiskinan? Jika ini berlarut bukankah kemiskinan malah akan muncul?
Akibat kebijakan ini dikhawatirkan akan muncul pergolakan dari masyarakat. Bagaimapun, mereka takkan tinggal diam ketika tanah leluhur mereka yang sudah diolah diambil orang. Mudah-mudahan masyarakat tak kalap mata, kemudian mengambil tindakan dengan pepatah, biar putih mata daripada putih tulang. Moga Allah memberi solusi, Amin.

Jumat, 28 Maret 2008

Kampanye di Air Keruh

Hidup ini panggung sandiwara. Begitu kata orang-orang bijak. Siapa yang pandai bersandiwara maka dialah yang akan menang di dunia ini. Ya, sebuah kenyataan hidup yang menyakitkan bagi orang-orang yang menjadi korban sandiwara.
Biasanya yang banyak bersandiwara adalah para pejabat dan orang-orang politik. Mereka tak peduli, jika sandiwara yang mereka lakukan endingnya sudah diketahui orang banyak. Bagi mereka yang penting sandiwara mereka berjalan sesuai sekenario yang dibuat. Malu? Jauh ah. Walaupun menurut agama, malu sebagian dari iman. Maksudnya?... Jawab sendirilah.
Yang membuat rasa miris para politisi dan pejabat kadang tak melihat objek yang akan disandiwaranya. Mereka akan berusaha tampil dengan sandiwara yang sudah dibuat sedemikian rupa yang intinya mereka datang sebagai sang ratu adil, yang menolong orang yang sedang kesusahan.
Niatnya tak lain agar mendapat simpati dan pujian dari masyarakat. Kemudian mereka akan menjadi basis dan berharap akan memilih mereka dalam pilkada (pemilihan kepala daerah) di wilayah tersebut.
Contohnya, banjir yang melanda Riau saat ini. Hampir di 11 kabupaten dan kota digenangi air. Masyarakat menderita. Hidup dalam musibah, makan payah, tidur payah, beraktivitas apa lagi. Dan segala macam kesulitan.
Inilah objeknya. Para pejabat teras di Riau, Bupati- dan walikotya se Riau dan politisi lainnya bak mendapat angin untuk turun gunung. Dengan membawa sejumput beras, mie instan, mereka melenggang bak zorro, pahlawan klebaikan. Senyum diubar saat menyerahkan bantuan. Mimik sedih ditunjukkan saat melihat masyarakat mengeluh. Air mata buaya-pun jika perlu dikeluarkan agar terlihat benar-benar sedih. Nauzubillah.
Itu belum seberapa. Salah satu pejabat juga sempat marah-marah dengan kinerja anak buahnya yang dinilai lamban mengirimb bantuan banjir. Perihal tersebut muncul dan menjadi head line di media cetak lokal.
Mudah-mudahan, masyarakat lebih cerdas dan bisa membaca jalannya sandiwara yang diperankan para pejabat dan politisi tersebut. Apalagi dalam waktu dekat, pemilihan kepala daerah (Pilkada) Gubernur Riau berlangsung. Semua pihak yang akan bertarung akan memainkan sandiwara merebut suara di tengah banjir yang membawa derita bagi masyarakat banyak.

Kamis, 27 Maret 2008

Dosa Pejabat dan Pengusaha di Riau

Ribuan rumah di Riau digenangi air. Tak terkecuali ribuan hektare lahan perkebunan juga terendam. Panen yang diharapkan bisa memberi sedikit bekal pelepas lapar tiga bulan kedepan tinggal asa tak tercipta.
Isak tangis bayi yang lapar karena sulitnya pangan ditambah sejuknya udara lantaran rumah mereka digenangi air menghiasi malam. Ya, suasana sedih bercampur duka.
Semua ini tak terlepas dari dosa pejabat, pengusaha yang meluluhlantakkan hutan Riau. Baik untuk keperluan usaha pabrik kertas, triplek, maupun pengembangan perkebunan sawit.
Hutan yang diciptakan Allah sebagai penahan air, kini tak ada lagi. Air yang turun dari langit meluncur deras tak tertahan lagi oleh akar pepohonan yang sudah sirna. Alhasil, air menggenangi daratan. Banjir..
Benar kata orang bijak. Masyarakat kecillah yang selalu menderita. Pejabat yang mengeluarkan izin, pengusaha yang mendapat untung diatas penderitaan masyarakat hidup dengan nyaman dan goyang kaki. Mereka tak merasakan sulitnya bepergian, mengangkat barang-barang yang digenangi air, pangan menipis, penyakit yang berdatangan, dan penderitaan lain.
Mudah-mudahan mereka pejabat dan pengusaha menerima padah seperti yang dirasakan masyarakat kecil, yang hidup susah ditambah bencana yang disebabkan tangan mereka yang ingin mendapatkan keuntungan sesaat.

Rabu, 26 Maret 2008

salam

Assalamualaikum.Pendek,dan mudah diucap. Ya, sebuah ucapan yang diajarkan oleh baginda Rasullullah SAW, untuk umat Islam. Dimana ucapan ini bermaksud doa bagi tiap muslim dan mukmin yang mengucapkannya dan yang menjawabnya.
Bayangkan saja, jika dalam sehari kita mengucapkan salam sepuluh kali saja pada karib kerabat, rekan dan muslim lain, maka sepuluh kali pula mereka mendoakan kita. Subhanallah, sebuah ucapan yang sakral dan patut diamalkan tiap hari.
Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Sebagian Umat Islam seakan lupa dan terkesan malas atau bisa saja tak terbiasa mengucapkannya. Sehingga, jarang ucapan ini terdengar dipergaulan sehari-hari kita.
Kondisi ini tak saja terjadi di kalangan remaja generasi penerus yang konon sudah terkontaminasi dengan budaya barat, lebih suka menyapa dengan sebutan ''Hei'', ''Apa kabar'' dan lainnya. Para orang tua pun tak berbeda.
Mudah-mudahan, kita semua kembali ingat dan menjalankan ajaran Allah SWT yang disampaikan Rasulullah Muhammad bin Abdullah, yang mengajak kita semua saling mendoakan supaya selamat.
Kuncinya tidak banyak. Mau melakukannya, tidak merasa kuno atau malu, dan terakhir ingat kita umat islam dan itu ajaran Rasululah yang patut ditiru dan diteladani. Amiin. Selamat mencoba, semoga kita semua selamat, dunia akhirat, tak hanya selamat malam, selamat pagi, dan selamat malam.

Berbagi

Berbagi. Begitulah bunyinya. Sebuah kata yang enak dan sering diucap, namun sulit untuk diaplikasi.