Kamis, 17 April 2008

Negeri Aneh

     Negeri aneh biasanya terdapat di cerita dongeng.  Dikatakan negeri aneh karena hal-hal yang ditemukan di sana aneh semua. Contohnya, penduduk negeri tersebut bisa terbang, orangnya kecil-kecil (kurcaci), hewannya bisa bicara, dan lainnya.
    Negeri aneh yang dimaksud sekarang bukanlah yang demikian adanya. Negeri ini bernama Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Penduduknya sama dengan penduduk lain di Indonesia. Ada yang hitam, putih, variatiflah. Merekapun juga makan nasi dan tidak bisa terbang lho.
    Lantas apanya yang aneh? Kinerja para aparat pemerintahnya lah. Contoh saja, aksi kebut-kebutan di sepanjang Jalan Soebrantas, Panam, Pekanbaru (depan kantor gue). Tiap Sabtu malam, di jalan protokol dan jalur padat ini, anak-anak muda balap-balapan. Dengan bunyi knalpot yang nyaring mereka meluncur dengan kecepatan tinggi menyalip kendaraan lain yang sedang jalan.
    Jumlah merekapun tak sedikit, puluhan orang. Mereka seakan tak peduli akan mengalami kecelakaan baik ditabrak maupun menabrak pengguna jalan lain, atau sesama mereka. Yang jelas, mereka bak orang ''gila'' show di depan masyarakat yang menonton di sepanjang jalan.
    Aksi ini sudah beberapa kali dirazia polisi, tepatnya aparat dari Polsek Tampan, dan Poltabes Pekanbaru. Namun, tak kunjung hilang. Muncul dan muncul lagi. Kabarnya aksi ini diback up oknum aparat keamanan. 
     Tak jelas apa konpensasi yang didapat oknum tersebut, yang jelas begitulah adanya. 
Lantas dimana pemerintah dalam hal ini TNI, Polisi, POM, dan lainnya? Mudah-mudahan mereka yang digaji oleh dan dengan uang rakyat bisa berkaca dan menjalankan tugasnya dengan baik. Tak hanya sekadar razia di jalan, tilang dan nego. Tapi bisa menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan dalam hal ini masyarakat.
   Aneh bukan? he.........he........... begitulah keadaannya.

Selasa, 08 April 2008

MTQ, Jadi Ajang Kampanye

     Provinsi Riau kembali menaja Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Provinsi. Kali ini dilaksanakan di Kabupaten Siak. Acara pembukaan yang begitu meriah ditambah lokasinya berdekatan dengan Jembatan Siak yang luar biasa design dan panjangnya membuat suasana makin wah. Pujian dan harapan para Qori lebih berkualitas pun muncul.    Belasan ribu warga yang hadir makin menambah hot suasana pembukaan MTQ.
     Salah seorang calon Gubernur yang sudah pasti maju di Pilgubri 2008, tak tinggal diam. Bak kata pepatah, menyelam sambil minum air, ditambahnya 
dengan kata-kata baru, plus kampanye. He.....he.... mumpung ramai tak perlu lagi susah-susah buat acara dan menggerakkan orang ngumpulkan massa. Betul juga ya...
    Warga yang hadir mendapat souvenir, bertuliskan dan bergambar sang calon Gubernur yang nota bene saat ini sedang menjabat Gubernur Riau. Warga yang hadir bak durian runtuh, berebut souvenir tersebut, itung-itung gratis lah.
    Inilah yang terjadi di Riau saat ini. Masing-masing calon yang memastikan maju mulai sosialisasi alias kampanye berbentuk bagi-bagi souvenir ke masyarakat. Seakan mereka takut masyarakat tak kenal lantas tak memilih mereka di Pilgub nanti. Sehingga, jadwal kampanye yang dijadwalkan dianggap tak maksimal, dan mesti dimulai dari jauh-jauh hari.
    Takut. Kata takut ini menggambarkan bahwa tidak yakinnya seseorang terhadap apa yang akan dibuatnya. Tapi, begitulah kondisinya. Politisi, politisi. Ntah apa lagi yang akan dijadikan ajang kampanye. Banjir ajang kampanye, MTQ juga. Kita tunggu saja apa lagi ajang yang akan dimainkan....

Selasa, 01 April 2008

HPHTI dan Kemiskinan di Tebingtinggi

Arogansi kekuasaan kembali terlihat, di era reformasi. Masyarakat kecil terus menjadi korban. Kenyataan itu nampak pada kebijakan pemerintah yakni Mentri Kehutanan RI MS Kaaban yang mengeluarkan Izin Penguasaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) di wilayah Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
     Kebijakan ''Sang Raja Hutan'' ini tertuang dalam SK Menhut RI N021/Menhut-II/2007,  di mana dijelaskan bahwa 10.390 hektare lahan di Tebingtinggi, yang terdapat di 7 desa, yakni; Nipah Sedanu, Sungai Tohor, Lukun, Tanjung Gadai, Kepau Baru, dan Teluk Buntal yang  diberikan wewenang kepada PT Lestari  Unggul Makmur untuk mengelolanya.
   Alhasil, petani yang terdapat di wilayah tersebut gerah. Lahan yang sudah mereka kelola selama pupuhan tahun lalu (80 tahun)  yang ditanami Sagu, kelapa, bakal jadi kenangan. Nasib mereka yang selama ini bergantung dengan kebun bakal tersandung.
   Jangankan  menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi (PT)  makan pun terancam. Nauzubillah min zalik. Moga Allah menolong mereka rakyat kecil yang selalu menjadi korban
kekuasaan dan kerakusan.
   Menhut, dimana hati nuranimu? Tak adakan rasa kasihan dengan masyarakat Tebingtinggi? Bupati Bengkalis kenapa Anda biarkan kondisi ini terjadi? Gubri, mengapa Anda tak membela masyarakat? Bukankah salah satu kebijakan Anda mengentaskan kemiskinan? Jika ini berlarut bukankah kemiskinan malah akan muncul?
Akibat kebijakan ini dikhawatirkan akan muncul pergolakan dari masyarakat. Bagaimapun, mereka takkan tinggal diam ketika tanah leluhur mereka yang sudah diolah diambil orang. Mudah-mudahan masyarakat tak kalap mata, kemudian mengambil tindakan dengan pepatah, biar putih mata daripada putih tulang. Moga Allah memberi solusi, Amin.