Kamis, 28 Agustus 2008

Gila Kekuasaan, Malupun Hilang

Bagi sejumlah orang untuk mendapatkan jabatan, apapun akan dibuat. Tak peduli apapun cara yang dilakukan. Mulai dari cari muka, purak-purak baik, menyogok dan lainnya. Yang penting, tujuan tercapai jabatan didapat.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, hal diatas dilakukan oleh calon gubri dan wagubri menjelang masa kampanye. Mereka, Rusli Zainal-Mambang Mit, R Tamsir Rahman-Topan Andoso Yakin, dan Chaidir-Suryadi Khusaini seakan lupa bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal-hal yang tidak tepat dilakukan seorang pemimpin.
Mulai dari mengubar janji, senyum di pelosok-pelosok, membagi-bagikan baju, membuat berbagai acara, hingga menabur uang dalam jumlah besar. Tujuannya, tampil mengubar senyum dan janji serta jual kecap mereka yang baik, layak jadi pemimpin, dan ujung-ujungnya minta restu untuk menjadi Gubernur ke depan. Bahasa mantiknya, pilihlah aku.... he.....
Disinilah punca balanya. Menurut ajaran agama, janganlah memberikan jabatan kepada orang yang memintanya. Karena pasti ada niat dan tujuan yang tidak baik tersembunyi di balik keinginannya.
Lantas, bagaimana dengan calon Gubri? Ha... ha... Jawabnya kita semua tahu. Kalau uang sudah habis bermiliar-miliar (walaupun mengaku uang sikit) mulut sudah penat tersenyum, kaki sudah letih berkeliling desa, mata sudah merah mengantuk, apakah setelah terpilih akan bekerja dengan jujur dan tidak korupsi? Ha.... ha.... Anak SD saja bisa menjawabnya...
Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat? Jawabnya, tanya saja pada rumput yang bergoyang? Salah. Tanya pada hati nurani. Karena dia tak pernah berbohong, dan tahu mana yang baik dan yang buruk. Termasuk hati nurani Cagubri dan Cawaguri.
He......he...